Pesan komunikasi internasional terdapat dalam
diplomasi yang menanggapi berbagai isu global. Pesan tersebut mempunyai tujuan
tertentu, sehingga dalam penyampaiannya memperhatikan pertimbangan diplomasi
tertentu pula. Komunikasi politik harus intentionally persuasive.[1]
itu berarti pesan-pesan yang dikemas harus mengandung tujuan (persuasive)
dengan menggunakan kata-kata yang tepat guna memperoleh tanggapan dan respons
dari komunikan. Karakteristik pesan dalam komunikasi internasional bersifat
padat, singkat, ringkas, sopan, persuasive, dan tidak mengandung bias.
“Political communication is the deliberate
passing of a political message by a sender to a receiver with intention of
making the receiver behave in a way that might not otherwise have done”.[2]
Faktor tujuan dari komunikasi politik adalah penyampaian pesan politik dari
komunikator dengan sengaja yang membuat komunikan berperilaku tertentu. Sebelum
pesan politik dikonstrukkan untuk disampaikan pada komunikan dengan memengaruhi,
terdapat keputusan politik yang dirumuskan dengan pertimbangan mencakup siapa
yang sebaiknya menyampaikan pesan, kapan dan dimana, serta situasi dan kondisi
seperti apa yang akan diciptakan.[3]
Penyampaian pesan seyogyanya mempertimbangkan faktor timing, placing, dan
framing.
KENDALA BAHASA ASING
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dengan
menggunakan bahasa komunikatornya. Apabila tidak, keadaan itu bisa menyulitkan
komunikator dalam mencapai tujuan komunikasi. Dikarenakan dalam komunikasi internasional
penyampaian pesan akan menemui noise pada segi bahasa, karena
komunikator berasal dari berbagai bangsa dan budaya yang berbeda. Hambatan dalam
berbahasa asing utamanya pada semantika.
Hambatan semantika dalam komunikasi dapat terjadi
dalam beberapa bentuk, seperti:
1)
Komunikator salah dalam
mengucap suatu istilah.
2)
Adanya perbedaan makna dan
pengertian untuk istilah yang sama.
3)
Adanya pengertian
konotatif. Sematik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang
sebenarnya atau kata-kata yang denotatif, yaitu bahasa yang lazim diterima oleh
orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.[4]
PESAN KOMUNIKASI DALAM
ISU INTERNASIONAL
Komunikasi merupakan pesan terpenting dalam disiplin
Hubungan Internasional dan merupakan sebuah teknik dari pelaksanaan kebijakan
luar negeri sebuah negara.
Isu internasional mempunyai karakteristik sebagai
berikut.[5]
1.
Isu tersebut memicu
perdebatan dan menarik perhatian para elit Negara atau pembuat keputusan dari
berbagai negara atau negara yang terlibat langsung dengan isu yang
diperdebatkan.
2.
Isu tersebut diliput secara
luas oleh media massa internasional dan berkelanjutan.
3.
Isu yang berlanjut tersebut
kemudian menjadi obyek kajian, penelitian, dan perdebatan dikalangan para
ilmuan, pakar, professional, dan praktisi dalam komunitas internasional.
Pesan dalam isu global[6]
berisikan pesan-pesan sebagai berikut.
1.
Bangsa dan dunia
2.
Perang dan damai
3.
Ketergantungan
internasional dan proses transnasional
4.
Kekuasaan dan kelemahan
5.
Masyarakat internasional
dan politik internasional
6.
Kebebasan dan ketertindasan
7.
Resolusi dan stabilitas
8.
Penduduk, sumber daya, dan
lingkungan
9.
Kekayaan dan kemiskinan
10.
Persepsi dan ilusi
11.
Aktivitas dan pasivitas
12.
Indentitas dan transformasi
Masalah yang diselesaikan melalui komunikasi
internasional bukan hanya masalah hankam. Namun juga meliputi permasalahan
kesejahteraan, ekonomi, lingkungan hidup, serta penyusupan ideologi dan budaya.
Dewasa ini, permasalahan terorisme juga diangkat sebagai masalah internasional,
karena mengancam pertahanan bangsa dan negara.
Pesan dalam komunikasi internasional juga mencakup
berbagai isu global seperti berikut.
1.
Masalah hegemoni Amerika
Serikat
2.
Demokrasi dan penghargaan
HAM
3.
Fraksionisme dalam hubungan
internasional
4.
Dinamika rivalitas dan
solidaritas internasional
5.
Globalisasi dan
liberalisasi ekonomi
6.
Konservasi lingkungan hidup
7.
Serbuan budaya pop dan
konsumerisme
8.
Berbagai konflik
internasional yang masih berkecamuk.
Dunia masih ramai
membicarakan konflik, penindasan, dan peperangan. Penindasan yang paling halus
adalah neo-colonialism yang dipimpin elit neo-liberalis yang mendominasi
aras keputusan yang dibuat di negara-negara maju.
PESAN-PESAN NEGARA
BERKEMBANG
Pesan Negara
berkembang dalam beberapa forum gencar membicarakan sebagai berikut.
1.
Pertahanan dan
Keamanan Nasional
Persaingan antar Negara yang tidak sehat
memicu permasalahan yang melahirkan opsi damai atau perang. Untuk mengatasinya
diperlukan komunikator selaku mediator yang mampu merekatkan jarak perbedaan pandangan antar Negara
bersangkutan.
Di era Soekarno, diplomasi Indonesia
mampu menyatukan Asia dan Afrika. Pada masa Soeharto, diplomasi Indonesia juga
mampu menyatukan Asia Tenggara. Ini bukti Indonesia mempunyai pengaruh besar
dalam komunikasi internasionalnya.
Ancaman terbesar saat ini adalah masalah
hankam yang bersumber dari bencana nuklir. Memang sejak perang dingin selesai
ancaman perang mereda, namun ancaman bencana belum bisa diatasi. Oleh karena
itu, Indonesia yang notabene adalah Negara Anti Nuklir dengan Negara-negara
anti nuklir lainnya dalam forum internasional menekankan perlunya pelucutan
nuklir dan senjata pemusnah yang lain.
Pertahanan dan keamanan internasional
tidak akan bertahan apabila konsepsi pertahanan internasional diperluas seperti
konflik etnis, intoleransi beragama, rasionalisme baru, makro nasionalisme,
terorisme internasional, termasuk terorisme narkotik yang diskenario oleh
Negara-negara besar.
2.
Kekuasaan dan Kelemahan
Jika politik internasional diartikan
sebagai The Struggle of Power, setidaknya ada lebih dari dua Negara yang
memperebutkan kekuasaan. Namun tidak selamanya Negara dunia memiliki
keterlibatan yang sama dalam politik internasional.
Kekuatan Negara dalam mempengaruhi Negara
lain dibagi menjadi lima kategori[7],
yaitu super power, great power, middle power, small power, dan micro
power. Namun kenyataan peran small power dan micro power
dalam politik sangat rendah daripada super power yang sangat tinggi.
Faktanya peran super power dan great power selalu ditunjukkan
kepada Negara middle power dan small power melalui aliansi antara
super power dan great power.
3.
Kerjasama Ekonomi
dan Blok Ekonomi Internasional
Perubahan zaman memberi fondasi kuat bagi
pertumbuhan ekonomi, namun hanya dilakukan oleh Negara maju yang mendapat
manfaat dan keuntungannya. Ini diwujudkan dengan pembuatan kebijakan-kebijakan,
lembaga-lembaga, dan struktur yang diterjemahkan dalam barang dan jasa.
Persaingan kepentingan ekonomi menjadikan
gerakan serta membentuk blok-blok antar Negara, seperti blok Negara maju dengan
blok Negara berkembang.
Adanya kemajuan dalam bidang politik,
informasi, dan teknologi telah memberi dampak positif pada perkembangan
ekonomi. Namun kenyataan hanya Negara maju yang mampu memanfaatkannya. Dari
inilah muncul masalah perekonomian berupa ketidakseimbangan financial
dan defisit neraca peprdagangan Negara maju dan berkembang. Karena alasan
tersebut Negara berkembang bergabung dalam G-77 untuk mendesak PBB untuk
mengatasi permasalahan perekonomian yang ada. Jika PBB tidak mau, G-77 akan
bertindak dengan berpartisipasi dalam perekonomian global.
4.
Diplomasi atau
Perang
Masyarakat internasional dewasa
ini tidak hanya hidup dengan travail
detente, tetapi juga dengan “perang suci” seperti dialami dikawasan
Timur Tengah dan Asia Selatan. Sementara
itu, Asia Tenggara tetap memelihara dan
meningkatkan solidaritas serta memacu semangat efisiensi dan produktivitas
dalam krja sama regional.[8]
Komunikasi dalam betuk
peperangan dan penindasan hanya pantas muncul dalam pikiran para pemimpin busuk
di Serbia, Etiopia, dan Israel yang sejak dulu hingga sekarang masi ingin terus
mengobarkan api peperangan.
Mereka yang serius menganggap
perluasan kemampuan komunikasi internasional sebagai langkah maju yang positif
perlu memikirkan masalah kesetaraan derajat dalam pergaulan internasional dan
bersedia berkomunikasi dengan memanfaatkan saluran-saluran komunikasi yang
tebuka serta meningkatkan aplikasi media untuk menjamin bahwa manusaia dan
bersedia secara lebih baik untuk mewujudkan perdamaiaan, dan memelihara sikap
saling pengertian.
Masih ada beberapa negara yang
masih cenderung mempergunakan kekuatan senjata dalam menyelesaiakan
perselisihan dan berbagai masalah internasional lainnya. Sejak berakhirnya
Perang Dunia II hingga hari ini, tercatat tidak kurang dari 50 kali perang
untuk menyelesaikan masalah antar negara di dunia, kini masyarakat
internasional masih dihantui oleh bayang-bayang peran masa depan yang sulit
diperkirakan.
Untuk meyakinkan perlunya
persahabatan internasional, diperlukan pesan-pesan empatik melalui saluran yang
punya pengaruh kuat dan dukungan perangkat canggih.
5.
Konteks Kontemporer
dalam Komunikasi Internasional
Konteks kontemporer dalam komunikasi
internasional lebih merupakan setting situasi dan kondisi masa kini yang
ikut mempengaruhi komunikasi internasional. Konteks yang muncul dewasa ini
berupa tantangan Amerika Serikat sebagai Negara adidaya di dunia.
Teori menyebutkan bahwa setiap pihak yang
terancam cenderung menempuh upaya perlawanan baik secara kolektif atau
bersama-sama untuk mempertahankan diri dari pihak pengancam.[9]
Dengan tampilnya Negara adidaya Amerika Serikat dengan segala aspek terjang
unilateralnya menimbulkan kelompok penantang baru seperti kekuatan Uni Eropa,
China, Amerika Latin, dan berbagai kekuatan kawasan lain yang bersaing untuk
memperebutkan wilayah pengaruh internasional baik melalui jalur politik maupun
ekonomi.
Komunikasi internasional yang dilakukan
dengan diplomasi atau dalam bentuk peperangan menunjukkan kecenderungan
ditempuhnya tindakan preemptif (penyerangan terlebih dahulu) oleh pihak
yang lebih kuat yang disusul dengan kooptasi yang berujung dengan pertundukan
Negara lain.
Dengan demikian konteks kontemporer
komunikasi internasional akan selalu diahdapkan dengan agenda internasional
Negara kuat atau Negara besar seperti yang tampak pada operasi-operasi militer
dan globalisasi dunia. Globalisasi secara tidak langsung membuka kesempatan
untuk memperoleh keuntungan, namun juga bisa dijadikan perangkap oleh Negara
kuat untuk mengebiri Negara-negara lemah melalui berbagai jalur liberasi dengan
tujuan mengekang pertumbuhan kekuatan dan kemajuan ekonomi.
Secara spesifik, komunikasi internasional
berkaitan dengan tujuan, strategi dan organisasi. Dewasa ini komunikasi
internasional dituntut untuk dapat mengatasi krisis internasional dan
mewujudkan perdamaian dunia dan kerjasama bagi kesejahteraan internasional.
Dengan ini komunikasi internasional terus ditempuh dengan mengandalkan potensi
dan daya dalam skala apapun.
Literasi:
Shoelhi, Mohammad.
2009. Komunikasi Internasional : Perpektif Jurnalistik. Bandung:
Simbiosa.
[1]
Sanders dan Kaid. 1977. Political Communication, Theory and Research: An
Overview.
[2]
Lord Windlesham. What is Political Communication.
[3] ibid.
[4]
Effendy, 1981:42
[5]
James E. Dougherti dalam Gavin Boyd dan Charles Penltand (1981:6)
[6]
Menurut Karl W. Deutsch dalam bukunya Analysis of International Relation (1989)
[7]
P.A. Reynolds sebagaimana dikutip J. Salusu (dalam Deddy Djamaluddin Malik dkk.
1993:66-68)
[8] George N. Gordon, Ph.D., New
York
[9]
Menurut Gamson. 1975. The Strategy of Social Protest. 110-129
Tidak ada komentar: